Krisis Politik di Ukraina
Inilah Kronologi
Krisis Politik di Ukraina
Bentrokan yang
kembali pecah di Kiev, Ukraina pada Kamis (20/2), membuyarkan kesepakatan
gencatan senjata yang baru sehari dicetuskan Presiden Viktor Yanukovych.
Setidaknya 25 orang tewas dalam bentrokan terbaru itu dan membuat negara
pecahan Uni Soviet itu makin terperosok dalam konflik berdarah.
Tetapi bagaimanakah
awal krisis politik itu terjadi? Berikut adalah urutan waktu pecahnya krisis
politik di Ukraina, yang sudah menewaskan sekitar 60 orang itu:
- November 2013
· 21 November - Pemerintah Ukraina
menunda pembicaraan tentang Perjanjian Asosiasi dengan Uni Eropa, demi
membangun hubungan ekonomi yang lebih erat dengan Rusia. Langkah itu memantik
kemarahan kelompok oposisi yang pro-Eropa, yang kemudian berencana melakukan
demonstrasi.
- Desember 2013
· 1 Desember - Massa berjumlah hingga
500.000 berkumpul di Lapangan Merdeka, Kiev. Mereka membangun perkemahan dan
barikade, memulai demonstrasi antipemerintah.
· 11 Desember - Pasukan keamanan berusaha
mengusir demonstran, tetapi gagal.
· 17 Desember - Presiden Yanukovych
berangkat ke Moskwa, Rusia, untuk menandatangi kesepakatan dana talangan
sebesar 15 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar Rp 177.18 trilun) dan mendapat
potongan harga untuk membeli gas Rusia.
- Januari 2014
· 19 Januari - Puluhan orang luka dalam
bentrokan berdarah antara polisi dan demonstran di Kiev, setelah sekitar
200.000 demonstran melawan larangan untuk berdemonstrasi.
· 22 Januari - Demonstrasi terus
berlangsung. Polisi menyerang barikade demonstran di pusat Kota Kiev. Para
demonstran menyerang dengan lemparan batu dan bom molotov sementara polisi
membalas dengan gas air mata dan peluru karet.
· 28 Januari - Perdana Menteri Mykola
Azarov mengundurkan diri. Parlemen membatalkan undang-undang antidemonstrasi.
- Februari 2014
· 2 Februari - Para pemimpin oposisi
meminta mediasi internasional dan bantuan finansial dari Barat di hadapan lebih
dari 60.000 demonstran di Kiev.
· 5-6 Februari - Kepala Kebijakan Luar
Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton dan utusan khusus AS untuk Eropa, Victoria
Nuland, mengunjungi Kiev.
· 7 Februari - Presiden Yanukovych
bertemu dengan sekutunya Presiden Rusia, Vladimir Putin, di sela-sela acara
pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Sochi, Rusia.
· 9 Februari - Sekitar 70.000 demonstran
berkumpul di Lapangan Merdeka.
· 14 Februari - Sebanyak 234 demonstran
yang ditahan sejak Desember 2013 dibebaskan, tetapi dakwaan atas mereka tidak
dicabut.
· 16 Februari - Para demonstran
meninggalkan balai kota Kiev yang mereka duduki sejak 1 Desember. Puluhan ribu
orang berkumpul di Lapangan Merdeka.
· 18-19 Februari - 28 orang, termasuk 10
polisi, tewas dalam bentrokan berdarah di Lapangan Merdeka. Demonstran kembali
menduduki balai kota Kiev. Polisi antihuru-hara melancarkan serangan terhadap
demonstran sepanjang malam.
· 19 Februari - Presiden Yanukovych
mencopot kepala staf angkatan bersenjata Ukraina dan mengumumkan digelarnya
"operasi anti-teroris" di negaranya sendiri. Negara-negara Barat
mengecam aksi kekerasan di Ukraina dan mengancam akan menjatuhkan sanksi.
· 20 Februari - Demonstran menyerang
polisi di Kiev, mengabaikan kesepakatan gencatan senjata yang dicetukan
Yanukovych. Sekitar 25 orang tewas dalam peristiwa itu, demikian dikatakan
konresponden AFP di berada di sekitar lokasi bentrokan. Kementerian Dalam
Negeri Ukraina mengatakan dua orang polisi tewas ditembak dalam insiden itu.
Cepat atau lambat, besar atau kecil, imbasnya bakal dirasakan
oleh dunia termasuk Indonesia sebagai bagian dari komunitas dunia. Apalagi
dalam beberapa hal, yang dihadapi Ukraina mirip dengan situasi yang dihadapi
Indonesia.
Seperti kerancuan dalam sistem politik dan merajalelanya
korupsi. UU yang ada tidak memungkinkan seorang Presiden atau Perdana Menteri
mampu memerintah secara kuat, berwibawa sebagaimana seharusnya.
Hal ini terjadi
antara lain, karena masa transisi dari sistem otoriter ke demokrasi liberal
belum lagi selesai. Adaptasi pada sistem politik yang baru belum lancar,
korupsi sudah merajalela.
Korupsi di kalangan elit, antara lain 'dipelopori' oleh para
elit pemimpin. Seperti Presiden dan Perdana Menteri. Periode sebelumnya Perdana
Menteri Yulia Tymoshenko terlibat skandal korupsi raksasa. Pada 2011 wanita
pertama Ukraina yang menjadi Perdana Menteri itu dijatuhi hukuman penjara 7 tahun
dan diharuskan membayar ke negara uang sejumlah US$188 juta. Kini Presiden
(terguling) Viktor Yanukovych sedang dikejar-kejar sekalipun belum tahu berapa
besar dana negara yang dikorupsinya.
Kemerdekaan Ukraina di 1991, hampir sama dengan karakter lahirnya
reformasi di Indonesia. Dari sistem totaliter komunis ala Uni Sovyet menjadi
negara demokratis ala Barat. Reformasi di Indonesia juga kurang lebih sama.
Lahir dari rezim totaliter militeristik menjadi negara paling demokratis di
Asia Tenggara.
Ternyata kemerdekaan, tidak segera menjadikan bangsa Ukraina
terbebas dari belenggu keterpurukan. Reformasi di Indonesia juga justru ikut
membawa Indonesia ke ruang keterpurukan.
Krisis Ukraina, negara berpenduduk 45 juta jiwa itu, bereskalasi
dengan cepat. Tanpa didahului semacam pra kondisi, krisis Ukraina, tiba-tiba
sudah mengundang keterlibatan Rusia dan Amerika Serikat.
Dampak dan efek domino keterlibatan kedua negara ini patut
diantisipasi. Sebab bukan mustahil keadaan Ukraina bertambah runyam.
Terbentuklah sebuah arena pertarungan langsung antara kekuatan yang memiliki
persenjataan pemusnah, Rusia dan Amerika Serikat.
0 komentar:
Posting Komentar