Suasana Pemilu
2014 Di Lingkungan Saya
Suasana
Pemilu di lingkungan rumah saya itu cukup bergairah. Ibaratnya semua umat
merayakan hari raya secara serentak. Hampir semua penduduk di lingkungan rumah
saya sangat berantusias mengikuti ajang 5 tahunan sekali ini. Jam tujuh pagi
beberapa tetangga sudah mulai ‘berkeliaran’ di jalan. Mereka berpakaian
rapi, telah mandi, juga mengisi perut. Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang
berlokasi di sekolah dasar di lingkungan rumah saya sudah tak sabar disambangi
oleh warga setempat. Benar saja, sekitar pukul 7.30 jumlah warga di TPS sudah
meluber hingga ke pinggir jalan. Ternyata antusiasme masyarakat masih tinggi
terhadap Pemilu ini. Atau
mungkin saja karena ada beberapa di antara mereka yang tidak dihinggapi anugerah
libur kerja sehingga harus nyoblos
sepagi itu.
Saya
melihat keramaian yang terjadi di pagi itu lantaran mondar-mandir penasaran. Di
sekolah dasar itu terdapat lima TPS yang mengakomodasi suara-suara yang masuk
dari satu RW lingkungan. Semuanya terlihat rapi, termasuk para anggota KPPS
yang didominasi pria. Tempat duduk berjajar sempurna meskipun jumlahnya tidak
banyak. Menariknya, terdapat papan informasi yang berisi nama calon anggota
legislatif DPRD Tingkat II dan calon anggota DPD. Sayangnya, tak ada informasi
mengenai calon untuk DPRD Tingkat I dan DPR RI.
Pemilu
ini, selain pesta demokrasi, bisa jadi ajang pertemuan para warga lingkungan
yang sebelumnya dipisahkan oleh kesibukan masing-masing. Saya, misalnya, hampir
seluruh orang di TPS saya salami, karena saya mengenal mereka, meskipun mereka
berada di generasi orangtua saya. Seakan semuanya tumplek-blek dalam
satu kesempatan, ya Pemilu itu. Kegirangan hari itu terasa terduplikasi sekian
banyak sampai-sampai tak ingin beranjak ke sepuluh April.
Dibalik
kemeriahan ‘hari raya’ seluruh umat ini, terpercik optimisme akan masa depan
bangsa. Sepenglihatan indera saya, warga yang menggunakan hak pilihnya di
lingkungan kompleks saya cukup tinggi. Semoga saja itu bukan buih keterpaksaan
karena stereotipi golput yang cenderung ke arah negatif. Sudah saatnya para
pengguna suara sadar akan tanggung jawabnya untuk menentukan arah bangsa, salah
satunya ya nyoblos ini. Meski berbeda pilihan, saya tak
sungkan mengapresiasi perilaku masyarakat yang ‘matanya tak terbutakan’ oleh
rapor merah oknum-oknum perwakilan rakyat. Masih ada bara semangat, buah
optimisme, dan keranjang harapan untuk menciptakan perubahan. Semoga apa yang
kita usahakan terbayar lunas.
0 komentar:
Posting Komentar