RSS

Sabtu, 03 Mei 2014

Suasana Pemilu 2014 Di Lingkungan Saya

Suasana Pemilu 2014 Di Lingkungan Saya

Suasana Pemilu di lingkungan rumah saya itu cukup bergairah. Ibaratnya semua umat merayakan hari raya secara serentak. Hampir semua penduduk di lingkungan rumah saya sangat berantusias mengikuti ajang 5 tahunan sekali ini. Jam tujuh pagi beberapa tetangga sudah mulai ‘berkeliaran’ di jalan.  Mereka berpakaian rapi, telah mandi, juga mengisi perut. Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang berlokasi di sekolah dasar di lingkungan rumah saya sudah tak sabar disambangi oleh warga setempat. Benar saja, sekitar pukul 7.30 jumlah warga di TPS sudah meluber hingga ke pinggir jalan. Ternyata antusiasme masyarakat masih tinggi terhadap Pemilu ini. Atau mungkin saja karena ada beberapa di antara mereka yang tidak dihinggapi anugerah libur kerja sehingga harus nyoblos sepagi itu.
Saya melihat keramaian yang terjadi di pagi itu lantaran mondar-mandir penasaran. Di sekolah dasar itu terdapat lima TPS yang mengakomodasi suara-suara yang masuk dari satu RW lingkungan. Semuanya terlihat rapi, termasuk para anggota KPPS yang didominasi pria. Tempat duduk berjajar sempurna meskipun jumlahnya tidak banyak. Menariknya, terdapat papan informasi yang berisi nama calon anggota legislatif DPRD Tingkat II dan calon anggota DPD. Sayangnya, tak ada informasi mengenai calon untuk DPRD Tingkat I dan DPR RI.
Pemilu ini, selain pesta demokrasi, bisa jadi ajang pertemuan para warga lingkungan yang sebelumnya dipisahkan oleh kesibukan masing-masing. Saya, misalnya, hampir seluruh orang di TPS saya salami, karena saya mengenal mereka, meskipun mereka berada di generasi orangtua saya. Seakan semuanya tumplek-blek dalam satu kesempatan, ya Pemilu itu. Kegirangan hari itu terasa terduplikasi sekian banyak sampai-sampai tak ingin beranjak ke sepuluh April.

Dibalik kemeriahan ‘hari raya’ seluruh umat ini, terpercik optimisme akan masa depan bangsa. Sepenglihatan indera saya, warga yang menggunakan hak pilihnya di lingkungan kompleks saya cukup tinggi. Semoga saja itu bukan buih keterpaksaan karena stereotipi golput yang cenderung ke arah negatif. Sudah saatnya para pengguna suara sadar akan tanggung jawabnya untuk menentukan arah bangsa, salah satunya ya nyoblos ini. Meski berbeda pilihan, saya tak sungkan mengapresiasi perilaku masyarakat yang ‘matanya tak terbutakan’ oleh rapor merah oknum-oknum perwakilan rakyat. Masih ada bara semangat, buah optimisme, dan keranjang harapan untuk menciptakan perubahan. Semoga apa yang kita usahakan terbayar lunas.

0 komentar:

Posting Komentar