Jokowi For
President
Seperti ketika mengamati lahirnya Jakarta Baru 2
tahun yang lalu, mengikutiperkembangan pemilu 2014 adalah sesuatu yang
menggairahkan. Menggairahkan karena “tempo dulu” berita dan platform
internet belum sebagus sekarang. Bahkan 2009, pemilu terakhir pengguna internet
di Indonesia belum sebanyak sekarang. 2014 ini dengan bermunculannya
online-online media juga tersedianya jasa-jasa seperti twitter, facebook,
kompasiana, dan blog-blog pribadi semakin membuat kita bisa melihat lebih cepat
dan obyektif berita di luar. Pencapresan Jokowi di Jumat keramat 14 Maret 2014
tidak hanya memperlihatkan support yang luar biasa terhadap Jokowi, tetapi juga
langsung memperlihatkan peta politik yang lebih diperjelas.
Berikut adalah 10 artikel dari
berbagai media yang di kompilasi untuk memperlihatkan sisi kontra dari
pencapresan Jokowi:
1. Media Voa-Islam (Headline
Utama)
Mega : Jokowi Capres PDIP, Indonesia Dikangkangi
Konglomerat Cina
2. Media Republika (Pilihan
Editor)
Jokowi Resmi Capres, Warga DKI: Ternyata Dia Serakah
5. Media Detik
Mubarok: Aku Kasihan Sama Jokowi
7. Media Okezone
Jokowi Nyapres, Jakarta Akan Hancur
8. Media Merdeka
Jadi capres, Jokowi dituding tipu warga Jakarta
9. Media Jaring News
Jokowi Ingkar Janji akan Pimpin Jakarta 5 tahun
10. Media Sayangi
Jokowi Resmi ‘Nyapres’, Warga Jakarta Kecewa
Peta yang bisa dilihat adalah
lawan-lawan politik Jokowi masih menggunakan 3 isu utama untuk mencoba
menggoyang Jokowi.
Yang pertama adalah isu SARA. Sejak Rhoma Irama di Jakarta Baru, isu ini terus
coba dikembangkan. Apalagi, bukan hanya Jokowi yang naik tapi Ahok akan
jadi DKI-1 apabila semua lancar. Pukulan telak bagi bagi politikus
non-Pancasila dan non-Bhinneka, alias politikus SARA.
Yang kedua adalah isu JANJI Jakarta Baru. Isu ini menjadi sentral karena
Jokowi adalah simbol dari sebuah perlawanan status-quo. Simbol sebuah
integritas, kejujuran, dan kepolosan. Meskipun kelihatannya tidak banyak
berpengaruh, tapi isu ini terus akan di pakai untuk menghajar “pendekar Solo
senior” ini.
Yang ketiga adalah isu KETEGASAN. Isu ini di lontarkan untuk mencoba melihat
celah lawan politik yang terlihat lebih lebih tegas lebih mampu. Apalagi
selama di Solo Baru dan Jakarta Baru, Jokowi selalu di dampingi
“orang-orang tegas dan keras” seperti pak Rudi dan Ahok yang selalu bergerak
praktis kebawah.
Sampai detik
ini, ketiga isu itu masih belum mampu menggoyang Jokowi. Isu sara dan
zionis jelas sangat berbau konspiratif dan sulit untuk dipertanggungjawabkan.
Isu janji secara normatif sudah terjawab, Jokowi tidak mencapreskan diri,
Jokowi di beri perintah untuk mencapreskan diri. Dan ini sudah cukup
secara etis untuk membuat Jokowi mantap untuk maju. Isu ketegasan dapat dengan
mudah di patahkan karena wakil dan tim belum terbentuk dan juga gaya politik
jawa memang kalem di depan dan keris dibelakang. Lagian biarpun orang mau
melompat dalam tahapan politik seperti Jokowi di tubuh PDI-P sendiri misalnya,
belum tentu mereka mampu. Jokowi tidak selembek yang dibayangkan.
Dia mampu menempatkan diri menjadi capres PDI-P itu pun karena sebuah
ketegasan prinsip. Apapun kata orang, pro dan kontra boleh terjadi, tapi yang
jelas Jokowi sudah mantap menerima mandat. Suatu kemenangan bagi rakyat
ketika semua orang baik mau turuntangan.
0 komentar:
Posting Komentar